Bacaan Alkitab : Ibrani 10 : 1-39
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10 : 25).
Data terakhir korban tewas gempa bumi di Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya pada bulan Mei 2006 lalu mencapai angka di atas 6.000 jiwa. Sungguh, gempa bumi tersebut memberi suatu hentakan yang dahsyat dalam banyak hal : instalasi desa dan kota, kebudayaan, serta impian-impian yang telah dipupuk dan dibangun masyarakat dan perorangan puluhan tahun bahkan ratusan tahun sirna dalam sekejap. Guncangan gempa dengan skala 5,9 Richter yang terjadi kurang dari 1 menit itu telah membuat segala sesuatunya berantakan.
Mengingat kembali kejadian yang memilukan ini, ternyata ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik.
- Pertama, manusia ternyata tidak memiliki kekuatan super yang mampu menghindarkannya dari semua bencana. Yogyakarta misalnya, sebagai kota pendidikan yang notabene gudangnya orang pintar-pintar, bahkan banyak tokoh-tokoh spiritual dan paranormal ternyata tidak ada satupun yang mampu memprediksi adanya gempa itu terjadi. Saat perhatian terarah pada kemungkinan meletusnya Gunung Merapi, tiba-tiba gempa dari dasar laut selatan mengguncang.
- Kedua, alam ternyata liar. Kemarahan alam dapat memporakporandakan kehidupan manusia dalam sekejap.
- Ketiga, manusia ternyata rentan. Di tengah amukan alam, manusia serasa kecil dan memiliki banyak keterbatasan. Manusia mudah sakit, menangis, sedih, bahkan gampang mati.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh manusia yang serba rapuh ini? Mestinya manusia berhenti dari sikap yang sombong, angkuh, dan semena-mena terhadap sesama. Tumbuhkanlah rasa saling mengasihi dan menghormati, serta semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Manusia mesti semakin meningkatkan ibadah kepada Allah.
Pasca bencana, rumah-rumah ibadah akan menjadi sarat pengunjung. Mungkinkah itu? Atau sebaliknya manusia dalam kebodohannya akan mengikuti kata hati dengan meninggalkan Tuhan dengan segudang kekecewaan? Semoga yang terakhir ini tidak terjadi. Wajar kalau kita kemudian bertanya, apakah gereja akan dipenuhi pengunjung setelah bencana usai?
Pasca bencana, rumah-rumah ibadah akan menjadi sarat pengunjung. Mungkinkah itu? Atau sebaliknya manusia dalam kebodohannya akan mengikuti kata hati dengan meninggalkan Tuhan dengan segudang kekecewaan? Semoga yang terakhir ini tidak terjadi. Wajar kalau kita kemudian bertanya, apakah gereja akan dipenuhi pengunjung setelah bencana usai?
Sesungguhnya alam memberikan pelajaran berharga
RENUNGAN HARIAN
- Pendakwa dan Pemulih
- Burning The Bridge
- Sugesti atau Iman
- Walau Harus Sendiri
- Paradigma Allah
- Percaya Saja !
- Buah Keserakahan
- Melindungi Iman
- Penantian Kasih
- Setelah Bencana Usai
- Janji Tuhan
- Buat Apa Kuatir ?
- Kekayaan Jadi Kutukan
- Menuju Kesetiaan
- Trust vs Fear
- Sinyal Sorgawi
- Pertobatan Sejati
- Mempergunakan Waktu
- Tanda Kehadiran-Nya
- Hati-hati Berbicara
- Selamatkan Generasi
- Murah Hati
- Peringatan Bagi Hidup
- Kekudusan Pernikahan
- Perlindungan Sempurna
- Hidup Dengan Hikmat
- Menjadi Berkat
- Jangan Diremehkan
- Nilai Sebuah Ketaatan
- Hidup Untuk Kristus
- God Never Fails
@
Tagged @ Renungan Harian
Tagged @ Renungan Harian Kristen