Renungan Harian Kristen - Penderitaan Dalam Iman Kristen


Bacaan Alkitab : Ayub 1:1-22

"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayub 1:21)

Kita mengetahui bahwa keadaan di jaman sekarang ini sudah sangat jauh berbeda dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Semuanya serba sulit, baik ekonomi, pekerjaan, karir, pendidikan, kehidupan rumah tangga dan yang lainnya. Tidak sedikit umat Tuhan yang “jatuh bangun” dalam usaha maupun pekerjaan. Berbagai macam penderitaan dan masalah yang kita hadapi saat ini.

Tapi kita sebagai orang yang percaya kepada Kristus harus tetap kuat dan punya pengharapan. Jangan pernah biarkan masalah dan penderitaan itu sebagai alasan untuk tidak percaya kepada Tuhan atau bahkan meninggalkan Tuhan. Kita harus mampu dan mau melihat sisi positif dari setiap penderitaan kita. Memang benar bahwa cobaan dan penderitaan itu bukan berasal dari Tuhan, namun kita harus ingat bahwa terkadang Tuhan juga mengijinkan semua itu terjadi kepada kita.

Tentu kita sudah mengetahui kisah tentang Ayub. Dia adalah seorang hamba Tuhan yang sangat taat. Selama hidupnya, Ayub tidak pernah mengalami tantangan dan masalah dari manapun. Ini terjadi karena Tuhan selalu menyertai dan memberkati setiap hal yang dikerjakannya. Di dalam kondisi yang serba aman, hidup enak, usahanya diberkati dan nyaris semua hal yang dijalaninya berjalan dengan baik, rasanya tidak terlalu sulit untuk hidup di dalam ucapan syukur dan terus setia kepada Tuhan. Karena tidak ada yang membuat Ayub meragukan kuasa Tuhan. Tapi iman itu sekarang diuji dengan penderitaan. Tuhan mengijinkan iblis untuk mencobai Ayub dan kita dapat melihat bahwa semua yang Ayub punyai hilang dalam waktu sekejap.

Dari kisah Ayub ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penderitaan itu di ijinkan oleh Tuhan dengan beberapa maksud dan tujuan.

1.      Penderitaan Untuk Menguji Iman.

Dengan semua musibah yang dialami Ayub, kita tahu bahwa Ayub tetap setia kepada Tuhan. Ayub berhasil dengan baik melewati ujian terhadap imannya. Terbukti ia tetap memuji Tuhan dan menyadari bahwa semua yang ia miliki adalah semata-mata titipan dari Tuhan. Sehingga kapan saja Tuhan mau mengambilnya Ayub sudah mempersiapkan mentalnya.

Tuhan selalu ingin menguji kualitas iman kita.  Ujian yang dipakai Tuhan bermacam-macam. Kita melihat bagaimana Allah menguji iman Ayub dengan harta, kesuksesan dan rasa aman. Kemudian Allah menguji iman Ayub dengan mendatangkan malapetaka dan musibah beruntun. Dengan musibah yang dialaminya, apakah Ayub meninggalkan Tuhan? Tidak, Ayub justru menyembah Tuhan dengan sikap sujud. Di dalam penderitaan yang dialaminya, iman Ayub tidak goyah.

Banyak orang MAMPU BERTAHAN ketika dicoba dengan segala macam kesuksesan, kemewahan dan juga rasa aman, tetapi TIDAK MAMPU BERTAHAN dengan kondisi sulit. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan yang dapat mempercayakan hidupnya ke dalam tangan Tuhan.

Saat ini kita sering melihat banyak orang yang sombong dengan harta dan pekerjaannya. Disaat usaha dan karirnya maju pesat, terkadang lupa dengan kebaikan Tuhan sehingga waktunya dihabiskan untuk mengurus hartanya. Dan yang paling parah, ia lupa untuk beribadah kepada Tuhan.  Setiap hari sibuk dengan berbagai macam urusan dan bisnis. Kita mungkin sering mendengar dan menyaksikan sendiri bahwa dering HP lebih penting dari firman Tuhan yang sedang diberitakan. Tidak sedikit orang yang menjadi  kaya kemudian merasa hidupnya tidak membutuhkan Tuhan.
Ternyata Ayub bukanlah orang yang gila harta, ia tetap sadar bahwa Tuhan adalah segala-galanya, jauh di atas kekayaannya.

Bagaimana dengan kita? Ketika hidup kita aman, nyaman, dan nyaris semua hal yang kita kerjakan sukses, apakah kita mampu untuk tetap setia mengikut Tuhan atau justru mulai mengesampingkan Tuhan?

2.  Penderitaan Untuk Mempermalukan iblis.
           
Pekerjaan iblis selalu mendatangkan berbagai macam penderitaan bagi manusia. Iblis mendustai manusia, mendakwa manusia dengan dosa, mendiami, dan merasuki seseorang.  

Di dalam kisah Ayub ini, ketika terjadi dialog antara iblis dengan Allah, menurut iblis Ayub menjadi orang yang setia karena pertolongan Tuhan dalam beberapa hal seperti berikut:

Pertama: Rasa Aman (Ayub 1:10). Di dalam pandangan iblis adalah wajar jika Ayub teguh beriman kepada Tuhan, karena Tuhan yang melindungi dan memagari rumahnya dari berbagai macam marabahaya. Ayub dapat hidup dengan tenang, aman, dan tanpa gangguan apapun dari pihak luar. Iblis meminta kepada Tuhan untuk tidak lagi memberikan rasa aman, dan iblis dengan sangat yakin bahwa Ayub akan meninggalkan Tuhan.

Kedua: berkat di dalam pekerjaan (Ayub 1:10). Argumentasi kedua dari iblis yaitu Ayub bertahan dan setia kepada Tuhan karena hidup dan pekerjaannya diberkati oleh Tuhan. Dengan kata lain jika Tuhan  tidak memberkati hidupnya, Ayub tidak akan menyembah Tuhan.

Dengan kedua alasan itu, iblis kemudian meminta Tuhan untuk mencabut berkat-Nya dari kehidupan Ayub dan tidak lagi memberi perlindungan, maka Ayub pasti akan meninggalkan Tuhan. Kita  melihat bahwa ternyata iblis selalu berusaha untuk menjatuhkan iman dari setiap anak-anak Tuhan. 

Akihrnya kita melihat bahwa Tuhan kemudian mengijinkan iblis menjalankan rencananya untuk mendatangkan penderitaan bagi Ayub. Tetapi satu hal yang harus kita pegang teguh bahwa “iblis sama sekali tidak berkuasa atas nyawa Ayub”. Apa yang diperbuat iblis di dalam hidup Ayub terjadi karena ijin Tuhan. Sepintas kita melihat bahwa iblis sukses menghancurkan semua yang Ayub miliki yaitu harta, keluarga serta tubuh Ayub sendiri.
Di dalam kejadian ini kita melihat bahwa Tuhan memakai iblis untuk menguji iman Ayub. Itu berarti semua kekuasaan ada di tangan Tuhan. Termasuk pekerjaan setan pun dikendalikan oleh Tuhan. Namun pada akhirnya apa yang disampaikan oleh iblis tidak terjadi. Setelah iblis menghancurkan kehidupan Ayub, ternyata Ayub tetap memegang iman percayanya kepada Tuhan. Ini dapat kita lihat dari sikap Ayub : “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut” (Ayub 1:20-22).

Kemenangan ada dipihak anak Tuhan yang tetap setia, sekalipun hidupnya hancur, sekalipun secara manusia sangat menderita, sekalipun semua yang dipunyainya hilang dengan cara yang sangat menyakitkan.

Allah kemudian MEMPERMALUKAN iblis dengan menunjukkan bahwa  Ayub tetap tegar dan terus berdiri teguh di dalam imannya. Tuhan selalu berpihak kepada anak-anakNya dan tidak akan membiarkan iman kita digoyahkan oleh pekerjaan iblis. Di dalam penderitaan yang kita alami saat ini, TETAPLAH SETIA kepada Tuhan, maka iblis dipermalukan.

3. Penderitaan Untuk Menyatakan Kuasa-Nya

Prinsip kebenaran berikutnya adalah bahwa di dalam penderitaan yang dialami oleh Ayub justru semakin NYATA kuasa dan pemeliharaan Allah. Iblis hanya dapat menghancurkan hal-hal yang lahiriah tetapi tidak dapat mengganggu iman dan nyawa yang diberikan Allah. Di dalam penderitaan yang Ayub alami, nyawa dan keselamatan Ayub sama sekali tidak terancam, tetapi semakin aman di dalam perlindungan Allah.

Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus dalam Roma 8:35-39 :  

“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Hidup di dalam Tuhan berarti kita berjalan di dalam anugrah berlimpah. Walau pun kita menderita oleh berbagai macam hal tetapi Allah tidak membiarkan kita melangkah sendirian. Semakin kita menderita maka semakin nyata kuasa Allah yang kita rasakan. Allah tidak meninggalkan Ayub sendirian. Ia hadir, Ia menopang, Ia menguatkan bahkan senantiasa menghibur.  
Tentu kita semua pernah diperhadapkan dengan berbagai macam masalah dan penderitaan. Bukankah di saat-saat seperti itu kita benar-benar merasakan bahwa Tuhan itu sungguh teramat baik dan selalu hadir di hidup kita?

ALLAH MEMPUNYAI RIBUAN CARA UNTUK MENOLONG 
DAN MEMELIHARA HIDUP KITA.
TETAPLAH MEMUJI TUHAN DAN HIDUP DI DALAM UCAPAN SYUKUR.
KEHENDAK DAN CARA KERJA  TUHAN ADALAH YANG TERBAIK BAGI HIDUP KITA.





@



Popular This Week

Renungan Harian Kristen - Penderitaan Dalam Iman Kristen