Apakah Saudara pernah berdoa? Jika kita mendengar pertanyaan tersebut, kita pasti menjawab : “Ya, tentu saja pernah.” Tapi jika pertanyaannya diganti seperti ini : “Berapa kali Saudara berdoa dalam sehari?” Nah, itu baru bingung jawabnya. Pasti ada yang berpikir dulu, mencoba menghitung berapa kali dia berdoa dalam sehari. Ada yang mengatakan, “Setiap makan dan setiap mau tidur saya berdoa dulu kok?”
Jika kita mau jujur, banyak diantara kita yang berdoa secara serius hanya ketika kita sedang berada di gereja saja. Mungkin ada juga yang berdoa di rumah tapi biasanya doanya hanya sebagai formalitas, kebiasaan, atau tradisi keluarga. Dan karena hanya tradisi, biasanya doanya tidak lebih dari 1 menit. Tapi jika kita sedang di depan computer atau sedang “memainkan” handphone, kita sanggup berlama-lama sambil menyapa dan membalas status dari teman-teman kita di jejaring social, tetapi ketika kita berdoa 10 menit saja rasanya sangat membosankan dan ngantuk.
Mungkin diantara kita ada yang mampu berdoa selama 30 menit sampai 1 jam. Mengapa? Itu biasanya karena kita sedang ada masalah atau pergumulan. Kita berdoa lebih lama dari biasanya karena kita membutuhkan kuasa dan mujizat dari Tuhan. Tetapi ketika doa kita sudah terjawab dan semua kebutuhan kita sudah tercukupi, biasanya “back to the basic”, kembali seperti semula.
Sahabat-sahabat RHK yang disayang Tuhan, pada dasarnya setiap orang Kristen pasti tahu berdoa dan mengerti apa artinya doa. Walaupun mungkin ada yang masih malu-malu ketika diminta untuk berdoa. Namun pada dasarnya semua orang bisa berdoa dan mengetahui apa itu doa. Masalahnya sekarang adalah “Apakah kita mengerti makna doa yang sesungguhnya?”. Biasanya jika kita berdoa, yang kita lakukan adalah melipat tangan, menutup mata dan berkata-kata, tetapi tidak jelas apa sebenarnya yang ada dalam benak atau hati kita.
APA ITU DOA?
Terlebih dahulu kita harus mengerti bahwa DOA ITU BUKAN KEWAJIBAN. Mengapa saya katakana bahwa doa itu bukan kewajiban? Doa itu hukumnya tidak wajib, doa itu bukan suatu keharusan. Mungkin Saudara agak sedikit kaget ketika membaca kalimat diatas, karena selama ini kita tahu bahwa orang Kristen itu harus dan wajib berdoa. Disini saya mau katakana bahwa DOA BUKAN KEWAJIBAN dan BUKAN PULA KEHARUSAN.
Jika doa itu suatu keharusan, berarti ada unsur terpaksa. Jika doa hanya suatu kewajiban, maka ada kemungkinan kita berdoa dengan hati yang terpaksa, bukan dengan hati rela. Jika doa sebuah kewajiban, maka suka atau tidak suka, kita harus berdoa walaupun hati kita tidak suka. Wah, kalau udah seperti ini bisa gawat karena kita sama saja dengan orang munafik. Tuhan pernah berkata dalam Matius 6:5 agar kita jangan berdoa seperti orang munafik, yang mengucapkan doanya di tikungan-tikungan jalan, di rumah-rumah ibadat, agar dlihat oleh banyak orang tetapi hatinya tidak tahu ke mana. Dengan kata lain, orang-orang seperti di atas melakukan doa hanya sebagai kewajiban ritual.
Saudaraku, buatlah doa itu sebagai sebuah KEBUTUHAN. Sama halnya seperti kita BUTUH MAKAN dan BUTUH MINUM. Makan dan minum adalah suatu kebutuhan yang tidak perlu diajarkan dan kebutuhan yang dilakukan dengan kerelaan. Coba seandainya jika makan itu suatu kewajiban, wah…bisa repot kita. Kita pasti tidak tenang karena melakukannya dengan terpaksa. Belum lapar tapi harus makan, belum haus tapi harus minum, yang ada malah keluar lagi dari mulut kita. Tetapi karena makan dan minum adalah sebuah kebutuhan maka kita pun bisa menikmatinya.
Bagi kita orang percaya, doa adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa jika tidak ada. Artinya, doa harus ada. Jika kita tidak makan dan tidak minum, maka kita akan mati. Demikian juga halnya dengan doa, jika kita tidak berdoa maka kita juga akan mati secara rohani. Namanya kebutuhan tidak pernah dilakukan dengan terpaksa melainkan dengan sikap enjoy dan sukacita. Jika kita menyadari bahwa doa adalah suatu kebutuhan, sudah pasti kita tidak akan pernah lupa berdoa karena kita memang BUTUH TUHAN, dan Tuhan hanya bisa kita temukan melalui doa. Saya percaya, kita semua suka dan senang bertemu dengan Tuhan tanpa ada paksaan. JIka kita senang bertemu dengan Tuhan, berbicara dengan Tuhan, pastinya kita tidak akan berdoa dengan terpaksa.
Doa juga bukanlah perilaku kristiani semata, sebab semua agama diluar Kristen juga melakukannya sebagai kewajiban. Jika kita sebagai orang Kristen berdoa hanya karena kewajiban, lalu apa bedanya kita dengan mereka? Doa bukanlah perilaku kristiani yang harus kita lakukan karena kita Kristen, tetapi doa adalah sebuah kehidupan. Doa juga bukan suatu tradisi yang dilakukan karena memang sudah begitu dari dulu. Sebagai contoh, sebelum makan kita berdoa itu hanya karena mengikuti orangtua kita tanpa mengetahui arti dari berdoa.
Kenapa kita berdoa sebelum makan? Mungkin sebagian dari kita menjawab agar makanan yang kita makan menjadi berkat buat tubuh kita karena “pada umumnya” doa makan orang Kristen seperti itu adanya. Apakah itu salah? Tidak, itu tidak salah. Kita mendoakan makanan agar menjadi berkat dan kesehatan buat tubuh kita. Tapi hal yang terpenting selain itu adalah untuk bersyukur kepada Tuhan karena kita masih diberikan makanan, karena makanan yang kita makan itu bukan karena kekuatan kita melainkan karena kebaikan Tuhan, dan Tuhan yang memberikan. Jika kita menyadari bahwa makanan yang kita makan adalah pemberian Tuhan, sudah seharusnya kita mengucap syukur dan terima kasih kepada-Nya.
Kita semua mengakui bahwa apa yang kita miliki adalah pemberian Tuhan. Dan apa yang kita makan juga adalah karena pemberian Tuhan. Tapi, apakah saudara pernah berdoa jika saudara hendak makan kue, snack atau minuman yang kita beli di warung? Hanya saudara dan Tuhan yang tahu (sambil tersenyum).
Kalau memang berdoa adalah mengucap syukur karena ada makanan, apakah kue dan snack bukan makanan? Apakah minuman yang kita beli di warung atau di minimarket bukan pemberian Tuhan? (Jawabnya dalam hati aja ya, saudaraku).
Sebenarnya, kalau mau jujur banyak di antara kita berdoa waktu makan karena tradisi ataupun kebiasaan keluarga, bukan karena kesadaran. Tetapi sekarang kita sudah mengetahui yang sebenarnya, untuk itu sudah seharusnya kita mengucap syukur, apapun yang kita makan atau minum, kita harus terlebih dahulu mengucapkan syukur kepada Tuhan. Berdoa itu tidak harus lipat tangan dan tidak harus tutup mata. Jika sedang makan di restoran atau warung pinggir jalan, mungkin kita tidak perlu melipat tangan, tapi paling tidak kita bisa mengatakan, “Terimakasih Tuhan untuk makanan ini.” Tuhan juga mendengar suara hati kita dan alangkah baiknya jika diucapkan melalui mulut kita. Doa bukan sekedar susunan kata yang indah, panjang dan puitis. Kalau suara mulut berbeda dengan suara hati, kita tidak sedang berdoa, tapi sedang berbasa-basi, dan mencoba menipu Tuhan dengan kalimat-kalimat indah. Apakah Tuhan senang? Tidak. Kita harus selalu berhati-hati karena Tuhan tahu isi hati kita.
Saudaraku, doa juga bukan suatu mantera yang jika diucapkan berkali-kali akan terwujud. Mungkin masih banyak orang Kristen yang membuat doa itu seperti mantera. Mereka memaksakan apa yang dia mau, bukan yang Tuhan mau. Kalau demikian adanya, apa bedanya dengan seorang dukun yang membaca-baca mantera. Doa bukan kata-kata magis. Doa adalah “ungkapan hati yang murni dan tulus” dari seorang anak Tuhan yang menyuarakan suara hati lewat mulut, yang tidak berbeda antara apa yang diucapkan dengan yang terkandung di dalam hatinya. Karena jika berbeda antara suara hati dan suara dari mulut, itu sama dengan orang munafik, antara perkataan dan perbuatan tidak sama. Saya percaya, tidak ada satupun diantara kita yang mau dikatakan sebagai orang munafik.
TUHAN YESUS MEMBERKATI
By : Samuel Sadusi
@
Tagged @ Artikel Kristen