Cerpen Kristen - Burung Gagak


Seorang ayah bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagakhinggap di ranting salah satu pohon di dekat mereka. 

Si ayah lalu menunjukkan jarinya ke arah gagak sambil bertanya, “Nak, apakah benda itu?”Burung gagak”, jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, dan tak lama kemudian, sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, “Itu burung gagak, Ayah!”

Tetapi beberapa saat kemudian, si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa  agak sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, BURUNG GAGAK !!!”. Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian  sekali lagi sang ayah  mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, “Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.

“Ayah…!!! Saya tidak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi  sudah  5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan  jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan??? Itu burung  gagak,  burung  gagak, Ayah….., kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama. “Coba kamu baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam  diary ini”, pinta si Ayah. Si anak setuju dan membaca tulisan yang ada pada diary itu.

“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima  tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.” Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.” 

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara, “Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yang telah ia perbuat.


JAGALAH HATI DAN PERASAAN KEDUA ORANG TUAMU, HORMATILAH MEREKA.
SAYANGILAH MEREKA SEBAGAIMANA MEREKA MENYAYANGIMU DI WAKTU KECIL






@



Popular This Week

Cerpen Kristen - Burung Gagak