MENGAPA ALKITAB TERBAGI DUA dan MENGAPA ALKITAB ADA BANYAK BAHASA?


MENGAPA ALKITAB TERBAGI DUA?

Artikel ini kami tulis untuk menjawab pertanyaan dari salah seorang sahabat RHK yang ditanyakan dalam  Group Facebook RHK. Bagi yang mau melihat pertanyaan ini dapat dilihat di Group Facebook RHK (http://www.facebook.com/notes/renungan-harian-kristen/tritunggal/10150111274637036) dan kami baru bisa menjawabnya hari ini karena banyaknya pertanyaan lain dari sahabat-sahabat RHK lainnya.

Sebagai pembuka, kami akan menjelaskan sesingkat mungkin yaitu: Perjanjian Lama (PL) berisikan janji-janji Allah dan Perjanjian Baru (PB) berisikan penggenapan janji yang ada pada Perjanjian Lama. Jika ada  janji maka ada penggenapan. Sama halnya dengan kita berjanji kepada seseorang, tentu kita akan menepati janji kita bukan? Jika kita tidak menepati janji, maka kita akan dikatakan orang sebagai pembohong. Demikian juga halnya dengan ALLAH, ALLAH bukan pembohong dan tidak pernah berbohong. DIA menggenapi semua janji-janjinya. Dan itu tertuang dalam Perjanjian Baru. Jika janji dan penggenapan dipisah maka orang tidak tahu apa itu arti janji karena tidak ada  penggenapannya.

Perjanjian Lama adalah bagian pertama dalam Alkitab, biasanya dibagi kepada kategori-kategori hukum, sejarah, puisi dan nubuat. Semua buku-buku atau kitab-kitab tersebut ditulis sebelum kelahiran Yesus. Perjanjian Lama terkadang disebut Kitab Taurat atau Kitab-Kitab Ibrani, karena 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani.

Walaupun Perjanjian Lama diturunkan oleh ALLAH sebelum kelahiran YESUS, namun umat Kristen menganggap Perjanjian Lama sebagai bagian dari Alkitab dan oleh karena itu kita menganggapnya juga sebagai bagian dari Alkitab. Kedua Perjanjian tersebut sama menariknya dan menyenangkan seperti sebuah cerita fiksi yang berisikan keajaiban-keajaiban, makhluk aneh, kejadian-kejadian yang terkadang tidak masuk akal, dan cerita-cerita mengaggumkan lainnya, namun semua itu benar-benar terjadi.

Isi Alkitab tidak dengan mudah dicerna oleh manusia biasa, apalagi bagi orang yang tidak mendalami Kitab Suci ini.  Walupun sudah diceritakan kembali oleh orang yang belajar Alkitab secara khusus dan berulang-ulang, susah bagi kita untuk mempercayainya 100%, ini karena orang tersebut  juga manusia.

Di dalan Perjanjian Lama, tidak banyak yang dapat kita komentari karena memang sangat  membingungkan, apalagi jika kita belum membaca Alkitab dengan utuh atau secara keseluruhan dengan tuntas.

Perjanjian Baru merupakan penggenapan dari Perjanjian Lama. Mungkin kita bingung apa arti ‘penggenapan’ itu. Penggenapan dapat kita artikan sebagai sebuah ‘penepatan janji’, ‘jawaban dari janji’, atau ‘bukti dari janji yang di ucapkan’.

Semua penggenapan ALLAH itu ada dalam Perjanjian Baru, yaitu dengan lahirnya YESUS KRISTUS di dunia ini. Dan TUHAN YESUS sendiri berkata dalam Kitab Matius, antara lain :

Matius 5:17 : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Matius 5:18 : “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”

Matius 5:19 : “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”

Matius 5:20 : “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Jika sudah ada penggenapan dalam Perjanjian Baru, mengapa kita harus mempelajari Perjanjian Lama?

Jika kita membaca suatu buku cerita dan melangkahi setengah dari buku itu, kemudian membacanya sampai tamat, tentu kita akan sulit untuk memahami para pemerannya, jalan ceritanya dan bagian akhirnya.

Demikian juga dengan Perjanjian Baru, hanya dapat dipahami secara utuh ketika dipandang sebagai sesuatu yang dibangun di atas dasar peristiwa-peristiwa, para pemeran, hukum, sistem persembahan, perjanjian dan berbagai janji ALLAH dalam Perjanjian Lama.

Jika kita hanya memiliki Perjanjian Baru, kita hanya mengetahui tentang Injil tanpa mengetahui mengapa orang-orang Yahudi mencari Mesias (Raja Penyelamat) sampai hari ini. Tanpa Perjanjian Lama, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias datang (Yesaya 53). Kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu, sebagai Mesias melalui berbagai nubuat mendetil mengenai Dia, antara lain :

1.       Tempat kelahiranNya = (Mikha 5:2).
2.       Cara kematianNya = (Mazmur 22, khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur 69:21, dll).
3.       KebangkitanNya = (Mazmur 16:10).
4.       Dan masih banyak lagi detil pelayananNya = (Yesaya 52:13; 9:2, dll).


Jika Perjanjian Lama tidak ada, kita tidak akan dapat memahami adat istiadat orang-orang Yahudi yang disebutkan dalam Perjanjian Lama secara sambil lalu dalam Perjanjian Baru. Kita tidak akan dapat memahami pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap hukum Allah saat mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri pada hukum itu. Kita tidak akan mengerti mengapa Yesus begitu marah ketika Dia menyucikan halaman Bait Allah. Kita tidak akan mengerti bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama yang digunakan Kristus ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya (baik manusia maupun Iblis).

Tanpa Perjanjian Lama kita akan kehilangan berbagai detil nubuat yang hanya dapat digenapi kalau Alkitab adalah Firman Allah, dan bukan dari manusia. Lihat para nabi besar dan kecil, sebagai contoh tertulis dalam Daniel 7 dan pasal-pasal berikutnya. Nubuat-nubuat ini memberi detil terperinci mengenai bangkit dan jatuhnya bangsa-bangsa, bagaimana mereka akan jatuh, apakah mereka akan bangkit atau tidak.

Jadi sudah jelas, mengapa Alkitab itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dan bagian kedua tidak dapat dipisahkan,semua menjadi satu kesatuan.

MENGAPA ALKITAB ADA BANYAK BAHASA ?

Alkitab adalah buku terlaris di dunia. Tidak ada buku lain yang telah diterjemahkan ke dalam begitu banyak bahasa – lebih dari 2.426 bahasa pada akhir tahun 2006 - dan yang disebarkan dalam jumlah ratusan juta eksemplar setiap tahun, baik dalam bentuk Alkitab ataupun dalam bentuk testamen, portion (kitab) atau selection (petikan).

Sampai saat ini, Alkitab beserta bagian-bagiannya telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa di dunia. Alkitab bukan saja diterjamahkan ke dalam lebih dari 2.426 bahasa, tetapi pada saat ini ada ratusan proyek penerjemahan Alkitab sedang diselenggarakan di seluruh dunia, termasuk puluhan proyek penerjemahan yang sedang dikerjakan Lembaga Alkitab Indonesia. Bila terjemahan-terjemahan ini selesai, berarti lebih dari 97% penduduk di seluruh dunia akan dapat membaca atau mendengar Firman Allah dalam bahasa mereka sendiri.

Penyediaan beberapa versi Alkitab dengan metoda penerjemahan yang berbeda, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan segmen pembaca yang berbeda. Hal inin dilakukan bukan hanya pada Alkitab dalam bahasa Indonesia melainkan juga dalam bahasa-bahasa daerah. Semuanya itu dilakukan tidak lain dengan maksud agar Firman Allah dapat dibaca dan dimengerti oleh semakin banyak orang.

Dari keterangan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa itu sangat penting agar setiap manusia yang terbagi dalam beberapa bahasa dan suku, dapat mengerti Firman yang disampaikan Tuhan kepada manusia.
  



@



Popular This Week

MENGAPA ALKITAB TERBAGI DUA dan MENGAPA ALKITAB ADA BANYAK BAHASA?