Kue Terbaik |
Posted: 17 Aug 2014 05:00 PM PDT Di sebuah sekolah, ibu guru memberi tugas kepada setiap muridnya untuk membuat kue bersama orang tua masing-masing. Kue itu haruslah dibawa esok hari dan menceritakan makna dari kue yang telah mereka buat itu. Semuanya pulang dengan bersemangat termasuk Jane. Esoknya, semua murid telah siap dengan kuenya masing-masing untuk kemudian diceritakan. Tibalah giliran Jane untuk bercerita. Sebelum Jane bercerita, semua temannya tertawa karena melihat bentuk kue Jane yang sangat jelek. “Kalian boleh menertawakan kueku, tapi aku yakin bahwa kue milikku adalah yang terbaik. Aku membuatnya berdua dengan ibu, berbeda dengan kalian yang membuatnya bersama ayah ibu. Ibuku membantu aku membuat kue dengan kedua kakinya. Mengapa? Karena tangan ibu lumpuh. Di dalam kue ini, ada cinta kami. Cinta aku dan ibu.” Jangan menilai sesuatu dari fisiknya saja, karena kita belum mengetahui bagaimana kisah yang terkandung di dalamnya. Lebih baik diam dari pada mengeluarkan cemooh yang hanya akan membuat kita berdosa. Jangan terburu-buru untuk menghakimi orang lain. Apakah kita hanya bisa menyalahkan orang lain tanpa memandang kesalahan pada diri sendiri? Sudahkah kita merasa paling benar dan tak memiliki dosa? Dari pada mulut kita mengeluarkan perkataan cemooh, lebih baik kita gunakan untuk memberikan perkataan yang positif yang bisa membuat hidup orang lain menjadi lebih baik. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Efesus 4:29 Kue Terbaik is a post from: Renungan Harian Kristen |
You are subscribed to email updates from Renungan Harian Kristen To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
@