Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient=EQ) sangatlah penting kita terapkan dalam kehidupan setiap hari. Karena hal ini adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.
Dalam sebuah perusahaan dikisahkan ada 2 orang pegawai, sebut saja Andi dan Budi. Mereka sama-sama bergabung sebagai pegawai baru di perusahaan tersebut. Tingkat kecerdasan yang mereka miliki (IQ=Intelligence Quotient) relatif sama.
Untuk meningkatkan kompetensi karyawan, kantor tempat mereka bekerja memberi kepada karyawan untuk mengambil kuliah sore. Dalam hal ini, Andi tampaknya lebih aktif, sedangkan Budi-karena kesibukannya-tidak memiliki kesempatan untuk mengambil kuliah sore. Akan tetapi, pengetahuan Andi yang semakin banyak ternyata tidak sebanding dengan caranya membawa diri di tengah lingkungan kerja.
Kerapkali dia sok pintar dan memotong pembicaraan orang tanpa mengenali dulu isi pembicaraan tersebut. Tidak hanya itu, banyak keluhan yang muncul dari teman-temannya terhadap sikap Andi. Hanya karena masalah sepele dia sering menunjukkan raut muka yang tidak bersahabat, membanting telepon ketika idenya tidak diterima, dsb.
Alhasil, Andi semakin tidak disenangi oleh pelanggan maupun rekan-rekan pegawai. Sementara si Budi, yang notabene tidak memperoleh tambahan pengetahuan untuk mengembangkan diri ternyata memiliki tingkah laku yang berbeda dalam membina relasi. Dia lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Baginya, teman-teman kerja dan atasan adalah orang yang harus didengarkan serta dilayani sungguh-sungguh. Bahkan, di hadapan rekan-rekan kerja dan pimpinannya dia memposisikan diri sebagai pelayan, tahu bagaimana membagi waktu yang proporsional antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan dikisahkan ada 2 orang pegawai, sebut saja Andi dan Budi. Mereka sama-sama bergabung sebagai pegawai baru di perusahaan tersebut. Tingkat kecerdasan yang mereka miliki (IQ=Intelligence Quotient) relatif sama.
Untuk meningkatkan kompetensi karyawan, kantor tempat mereka bekerja memberi kepada karyawan untuk mengambil kuliah sore. Dalam hal ini, Andi tampaknya lebih aktif, sedangkan Budi-karena kesibukannya-tidak memiliki kesempatan untuk mengambil kuliah sore. Akan tetapi, pengetahuan Andi yang semakin banyak ternyata tidak sebanding dengan caranya membawa diri di tengah lingkungan kerja.
Kerapkali dia sok pintar dan memotong pembicaraan orang tanpa mengenali dulu isi pembicaraan tersebut. Tidak hanya itu, banyak keluhan yang muncul dari teman-temannya terhadap sikap Andi. Hanya karena masalah sepele dia sering menunjukkan raut muka yang tidak bersahabat, membanting telepon ketika idenya tidak diterima, dsb.
Alhasil, Andi semakin tidak disenangi oleh pelanggan maupun rekan-rekan pegawai. Sementara si Budi, yang notabene tidak memperoleh tambahan pengetahuan untuk mengembangkan diri ternyata memiliki tingkah laku yang berbeda dalam membina relasi. Dia lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Baginya, teman-teman kerja dan atasan adalah orang yang harus didengarkan serta dilayani sungguh-sungguh. Bahkan, di hadapan rekan-rekan kerja dan pimpinannya dia memposisikan diri sebagai pelayan, tahu bagaimana membagi waktu yang proporsional antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan.
Ketika Budi memegang dana anggaran belanja di kantor, dia mampu membuat pos tersendiri agar tidak berbaur dengan uang pribadinya. Di tengah-tengah unit kerjanya dia adalah smart people – pegawai yang disenangi. Alhasil, dalam waktu yang tidak terlalu lama Budi telah dipromosikan menjadi salah satu pejabat dilingkungan perusahaannya, mendahului rekan seangkatannya, Andi.
Ilustrasi di atas kiranya dapat menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient=EQ) Budi lebih menonjol dibandingkan Andi. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mengelola emosi jelas merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam membina hubungan antar sesama manusia karena penilaian sikap dan perilaku kita bukan dinilai oleh diri sendiri tetapi kita dinilai oleh orang lain.
Ilustrasi di atas kiranya dapat menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient=EQ) Budi lebih menonjol dibandingkan Andi. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mengelola emosi jelas merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam membina hubungan antar sesama manusia karena penilaian sikap dan perilaku kita bukan dinilai oleh diri sendiri tetapi kita dinilai oleh orang lain.
@
Tagged @ Alkitab
Tagged @ ALLAH
Tagged @ ALLAH TALLA
Tagged @ Cerita Motivasi
Tagged @ KUDUS
Tagged @ ROH KUDUS
Tagged @ Tuhan Yesus
Tagged @ Yesus