Suatu kali ada pembicaraan antara kalajengking dan katak. Karena katak ingin menyeberangi sungai kecil di hadapan mereka, kalajengking memohon dengan sangat agar ia boleh naik ke atas tubuh katak untuk ikut menyeberang. Kalajengking berkata bahwa ia tidak mungkin bisa menyeberang sungai, maka ia minta belas kasihan katak agar ia diijinkan menumpang untuk menyeberang.
Terjadilah keraguan dalam hati katak & berkata: “Kalau kamu naik ke atas tubuh saya, nanti kamu menggigitku dan aku pasti mati.” Kalajengking menjawab dengan serius, “Mana mungkin aku menggigitmu, kalau kamu saya gigit, kan saya juga akan mati terbawa arus sungai, percayalah aku tidak akan menggigitmu.”
Akhirnya si katak dapat diyakinkan dan naiklah kalajengking ke atas tubuhnya dan si katak menyeberangi sungai itu. Begitu katak menginjakkan kakinya di atas tanah diseberang sungai itu, tiba-tiba si kalajengking itu menggigit si katak dan seketika katak itu kesakitan dan mulai lemas.
Katak bertanya dengan sedih kepada kalajengking, "Katamu kamu tidak akan menggigit aku, dan sebentar lagi pasti aku mati". Kemudian dengan enteng kalajengking menjawab: “Aku kan kalajengking, pasti aku akan menggigit musuhku, “mematikan” adalah natur saya.”
Makna cerita ini berbicara mengenai godaan dan bujukan agar manusia mencoba sesuatu yang sebetulnya dilarang dan berbahaya jika dilakukan. Godaan dan bujukan dosa/setan seringkali begitu indah dan menjanjikan keamanan semu. Seperti kalajengking menegaskan siapa dirinya yang sesungguhnya, demikian juga dosa, begitu dituruti dan dilakukan seringkali sulit bagi manusia untuk menghindarinya dan seringkali sulit melepaskan diri dari jebakan dosa itu.
Satu kali saja berbuat dosa atau kejahatan, dapat menjerumuskan seseorang ke jurang maut. Kita harus tegas terhadap dosa dan godaan iblis maupun keinginan daging kita. Kita perlu menolak dengan tegas keinginan-keinginan dosa dan bujukan setan/dunia. Setiap dosa pasti selalu ingin mematikan jiwa.
Terjadilah keraguan dalam hati katak & berkata: “Kalau kamu naik ke atas tubuh saya, nanti kamu menggigitku dan aku pasti mati.” Kalajengking menjawab dengan serius, “Mana mungkin aku menggigitmu, kalau kamu saya gigit, kan saya juga akan mati terbawa arus sungai, percayalah aku tidak akan menggigitmu.”
Akhirnya si katak dapat diyakinkan dan naiklah kalajengking ke atas tubuhnya dan si katak menyeberangi sungai itu. Begitu katak menginjakkan kakinya di atas tanah diseberang sungai itu, tiba-tiba si kalajengking itu menggigit si katak dan seketika katak itu kesakitan dan mulai lemas.
Katak bertanya dengan sedih kepada kalajengking, "Katamu kamu tidak akan menggigit aku, dan sebentar lagi pasti aku mati". Kemudian dengan enteng kalajengking menjawab: “Aku kan kalajengking, pasti aku akan menggigit musuhku, “mematikan” adalah natur saya.”
Makna cerita ini berbicara mengenai godaan dan bujukan agar manusia mencoba sesuatu yang sebetulnya dilarang dan berbahaya jika dilakukan. Godaan dan bujukan dosa/setan seringkali begitu indah dan menjanjikan keamanan semu. Seperti kalajengking menegaskan siapa dirinya yang sesungguhnya, demikian juga dosa, begitu dituruti dan dilakukan seringkali sulit bagi manusia untuk menghindarinya dan seringkali sulit melepaskan diri dari jebakan dosa itu.
Satu kali saja berbuat dosa atau kejahatan, dapat menjerumuskan seseorang ke jurang maut. Kita harus tegas terhadap dosa dan godaan iblis maupun keinginan daging kita. Kita perlu menolak dengan tegas keinginan-keinginan dosa dan bujukan setan/dunia. Setiap dosa pasti selalu ingin mematikan jiwa.
@
Tagged @ Cerpen Kristen