Gagal Mencuri

Gagal Mencuri


Gagal Mencuri

Posted: 22 Oct 2014 12:54 AM PDT

Gagal Mencuri

Gagal Mencuri

Panggil saja aku Raka. Aku tinggal terpisah dengan orang tuaku. Dibutuhkan perjalanan yang jauh untuk bisa menemui mereka. Saat ini aku tinggal di sebuah gereja. Aku sangat bersyukur bahwa aku bisa mendapatkan tempat tinggal secara gratis di sana.

Aku adalah mantan jurnalis. Pekerjaan mencari berita yang aku tekuni selama 3 tahun membuatku lupa akan kesehatan. Kini aku mengalami sebuah penyakit yang cukup serius. Dokter bilang, aku terkena komplikasi. Ginjal, hati dan organ lain tak bisa bekerja secara sempurna seperti dulu. Aku membutuhkan banyak istirahat.

Untuk mengisi waktu luang, aku mengikuti kursus bahasa asing. Dan waktu itu aku hanya memiliki uang untuk ongkos perjalanan saat kursus. Aku tak mau terlalu memikirkan soal uang yang aku punya. Ketika aku membersihkan gereja, aku menemukan sebuah kantong persembahan.

Aku berkata kepada Tuhan, “Aku ingin tidak berniat mencuri, aku hanya ingin meminjam sedikit.”

Muncul ketakutan di dalam hatiku. Ada rasa penolakan yang terjadi, namun di sisi lain aku membutuhkan uang itu. Akupun memutuskan untuk secepatnya memberikan kantong persembahan itu ke bendahara gereja. Aku tak mau meminjam jika hatiku tak damai sejahtera.

Uangku sudah habis. Dan hari itu aku mendapat kabar bahwa aku memenangkan sebuah lomba menulis. Aku tak pernah menyangka bahwa karya yang aku buat secara tidak maksimal telah menduduki peringkat pertama di antara puluhan karya lainnya. Hadiah yang aku dapatkan berkali-kali lipat lebih besar dari jumlah uang yang ingin aku pinjam dalam kantong persembahan itu.

Aku tahu, meminjam tanpa izin sama halnya mencuri dan aku telah gagal melakukannya. Aku sadar, bahwa setiap perbuatan baik yang telah aku menangkan dari perangkap iblis pasti membawa berkat besar. Aku telah mengalami mujizat yang luar biasa dari Tuhan Yesus.

Kesaksian oleh Raka (bukan nama sebenarnya)

Gagal Mencuri is a post from: Renungan Harian Kristen

Pengampunan yang Mahal

Posted: 22 Oct 2014 12:34 AM PDT

Pengampunan yang Mahal

Pengampunan yang Mahal

Melepaskan sebuah pengampunan tak semudah ketika kita melepaskan sebuah balon dari tangan kita. Saat balon terlepas dari genggaman, maka balon itu akan terbang dan kemudian menghilang. Tak semudah itu jika seseorang mau menghilangkan luka hati. Mampukah segala kepahitan itu kita keluarkan dari dalam hati untuk kemudian kita lepaskan tanpa mengharapkan kepahitan itu datang kembali?

Anne dulu memiliki akar pahit terhadap ibunya. Dia begitu sulit untuk melepaskan sebuah pengampunan sehingga kepahitan itu tak sempat ia keluarkan menjelang kematian ibunya. Penyesalan tak pernah bisa membuat seseorang untuk hidup kembali.

Jika kita bisa melepaskan sebuah pengampunan, maka kita sama halnya telah menyimpan harta yang begitu mahal di surga. Tidak semua orang bisa melepaskan pengampunan, rata-rata mereka akan mengampuni disertai dengan berbagai macam syarat. Kasih itu tak bersyarat. Kasih itu mengampuni, maka ampunilah tanpa syarat.

Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Efesus 4:32

Pengampunan yang Mahal is a post from: Renungan Harian Kristen




@



Popular This Week

Gagal Mencuri